Sabtu, 15 Juni 2013

Sejarah Rubu’ Dan Perkembangannya bag.2 ( selesai )

C. Bagian-Bagian Rubu’ Mujayyab        
Add caption
            Kita tidak akan bisa menggunakan rubu’ jika kita tidak mengetahui bagian-bagian Rubu’ secara terperinci. Sebab dengan mengetahui bagian-bagian dari Rubu’ kita akan mudah dalam mengoprasionalkananya. Bagian-bagian Rubu’ Mujayyab tersebut yaitu:
1) Markaz : Titik sudut siku-siku Rubu’ padanya terdapat lobang kecil yang dapat dimasuki benang
2)   Qausul Irtifa: Busur yang mengelilingi Rubu’ bagian ini diberi skala derajat 0 sampai 90 bermula dari kanan ke kekiri. 1° = 60 menit
3)     Jaib Tamam: Sisi kanan yang menghubungkan Markaz ke awal Qaus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60. Dan tiap-tiap titik satuan skala itu ditarik garis yang lurus sampai ke Qaus. Garis-garis itu disebut Juyubul Mankusah
4)     Sittiny            : Sisi kiri yang menghubungkan Markaz ke akhir Qaus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap titik satuan skala itu ditarik garis lurus menuju ke Qaus. Garis itu disebut Juyub al-Mabsuthah
5)     Hadafah: Dua tonjolan yang keluar dari bentuk Rubu’
6)     Khoit: Benang kecil yang dimasukkan ke Markaz
7)     Muri: Benang pendek yang diikatkan pada Khoit, yang dapat digeser naik turun
8)     Syakul           : Bandul yang berada diujung Khoit

D. Fungsi Rubu’ Mujayyab
Secara fungsional Rubu’ memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1)     Alat Hitung
            Dalam pengunaanya sebagai alat hitung, rubu’ ini dapat dilepaskan dari statifnya dan diletakkan secar horizontal. Secara konsep matematis, fungsi utama rubu’ adalah alat hitung yang dikenal sebagai orthogonal grid. Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan rubu’ terlebih dahulu kita harus memahami konsep dasar trogonometri pada rubu’.
            Konsep trigonometri rubu didasarkan pada hitungan sexagesimal (60) dimana Sin 90 = Cos0 = 60 dan Sin 0 = Cos 90 = 0 ( bandingkan dengan rumus trigonometri yang biasa kita gunakan; Sin 90 = Cos 0 = 1 dan Sin 0 = Cos 90 = 0)
            Karena perbandingan nilai dari trigonometri rubu’ dan trigonometri biasa adalah 60:1, maka nilai yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunkan rubu harus dibagi dengan nilai 60, agar memperoleh nilai yang sesuai dengan trigonometri biasa atau dengan nilai yang diperoleh melalui kalkulator.
2)     Alat Ukur
            Fungsi rubu’ sebagai alat ukur adalah untuk mengumpulkan data fisik yang dapat diolah lagi dengan menggunakan persamaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan pemakai.
3)     Table Astronomi.
            Penggunaa rubu dimulai sekitar abab ke-8 M. Sejak tahun tersebut, dimana konsepsi kosmos yang digunkan saat itu adalah geosntris. Dalam pandangan pandangan geosentris, bumi merupakan pusat alam semesta dan benda-benda langit bergerak mengelilingi bumi dalam orbit yang bebentuk lingkaran sempurna. Hal ini yang menjadikan rubu’ sebagi sebuah table astronomi (posisi matahari) yang akurat pada saat itu.
            Dengan rubu’ kita dapat menentukan posisi matahari dalam bujur ekliptika atau Darijatu as-Syams dan deklinasi atau Mail as-Syams.

DAFTAR PUSTAKA
Setyanto, Hendro,  Rubu’ Mujayyab Jawa Barat: Pundak Scientifik, 2002

Azhari, Susiknan Esiklopedi Hisab Rukyah, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Khazin, Muhyiddin Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005

-------------------------, Ilmu Falak Teori Dan Praktik, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2004

Howard R Tuner, Sains Islam Yang Mengagumkan, Sebuah Catatan Terhadap Abad Pertengahan, Bandung: Penerbit Nuansa, 2004

Muhammad Ma’sum, Ad-Durus al-Falakiyah, Tanpa Penerbit, 1992




[1] Kata astrolabe berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata asto dan labio. Astro berarti bintang sedangkan labio berarti pengukur jarak. Di dalam istilah ilmu falak, astrolabe adalah perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur benda langit pada bola langit. Perkakas ini pertama dirakit oleh orang Arab. Bentuk yang paling sederhana terdiri dari piringan dengan sekala pembagian derajat, dengan sebuah alat pengintai.


                [2] Beliau ialah Abu Abdullah Mohammad Ibnu Musa dan lebih dikenali dengan Al-Khawarizmi. Beliau dilahirkan di Khawazim (Kheva), selatan Laut Aral, Uzbekistan. Beliau telah berjasa dalam bidang falak pada zaman pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, Bani Abbasiyah di Baghdad. Beliau telah dinobatkan sebagai Ahli Falak Diraja atas sumbangan dan kajian beliau. Al-Khawarizmi adalah seorang ahli falak yang agung. Diantara karangan Al Khawarizmi ialah Kitab at-Tarikh (falak), Kitab al-Rukhmat(falak), Istkhraj Tarikh al-Yahudi (falak), Kitab Surat al-Ard (falak-geografi), Hisab al-Jabr wal Muqabalah (matematik) dan Kitab al-Jam’a bil Hisab al-Hindi (arithmatic). Lihat: Susiknan azhari, Esiklopedi Hisab Rukyah, (Jogjakarta, Pustaka Pelajar) 2005, hal;24
            [3] Seorang ahli falak kebangsaan Syiria. Menurut hasil penelitian mehdi nakosteen ibnu Syatir lahir pada tahun 1306 m dan meninggal pada tahun 1375 M. Menurutnya pula, karya-karya tulis Ibnu Syatir yang berkaitan dengan ilmu falak kemungkinan besar ditulis dalam bahasa Arab . Karya-karya Ibnu Syatir diantaranya: Rasd Ibnu Syatir, Nuzhat as-Sam fil Amal bil Rub’ al-Jami, an-Naf al-Am fil Amal bil Rub’ at-Tamam, Mukhtasar fil ‘Amal bil Istarlab, Iddah Mughayyab fil ‘Amal bil Rub’ al-Mujayyab, az-Zij al-Jadid, Taqlif al-Arsad, dan Nihayat al-Ghayat fil ‘Amal al-falakiyah. Lihat: Susiknan azhari, Esiklopedi Hisab Rukyah, (Jogjakarta, Pustaka Pelajar) 2005, hal;86