C.
Bagian-Bagian Rubu’ Mujayyab
Add caption |
1)
Markaz : Titik sudut siku-siku Rubu’ padanya terdapat lobang kecil yang
dapat dimasuki benang
2) Qausul
Irtifa: Busur yang mengelilingi Rubu’ bagian ini diberi skala derajat 0 sampai
90 bermula dari kanan ke kekiri. 1° = 60 menit
3) Jaib
Tamam: Sisi kanan yang menghubungkan Markaz ke awal Qaus. Bagian
ini diberi skala 0 sampai 60. Dan tiap-tiap titik satuan skala itu ditarik
garis yang lurus sampai ke Qaus. Garis-garis itu disebut Juyubul
Mankusah
4) Sittiny
: Sisi kiri yang menghubungkan Markaz ke akhir Qaus. Bagian ini
diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap titik satuan skala itu ditarik garis
lurus menuju ke Qaus. Garis itu disebut Juyub al-Mabsuthah
5) Hadafah:
Dua tonjolan yang keluar dari bentuk Rubu’
6) Khoit:
Benang kecil yang dimasukkan ke Markaz
7) Muri:
Benang pendek yang diikatkan pada Khoit, yang dapat digeser naik turun
8) Syakul
: Bandul yang berada diujung Khoit
D. Fungsi Rubu’
Mujayyab
Secara
fungsional Rubu’ memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1) Alat
Hitung
Dalam pengunaanya sebagai alat hitung, rubu’ ini dapat dilepaskan dari statifnya
dan diletakkan secar horizontal. Secara konsep matematis, fungsi utama rubu’
adalah alat hitung yang dikenal sebagai orthogonal grid. Sebelum melakukan
perhitungan dengan menggunakan rubu’ terlebih dahulu kita harus memahami konsep
dasar trogonometri pada rubu’.
Konsep trigonometri rubu didasarkan pada hitungan sexagesimal (60) dimana Sin
90 = Cos0 = 60 dan Sin 0 = Cos 90 = 0 ( bandingkan dengan rumus trigonometri
yang biasa kita gunakan; Sin 90 = Cos 0 = 1 dan Sin 0 = Cos 90 = 0)
Karena perbandingan nilai dari trigonometri rubu’ dan trigonometri biasa adalah
60:1, maka nilai yang diperoleh melalui perhitungan
dengan menggunkan rubu harus dibagi dengan nilai 60, agar memperoleh nilai yang
sesuai dengan trigonometri biasa atau dengan nilai yang diperoleh melalui
kalkulator.
2) Alat
Ukur
Fungsi rubu’ sebagai alat ukur adalah untuk mengumpulkan data fisik yang dapat
diolah lagi dengan menggunakan persamaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
pemakai.
3) Table
Astronomi.
Penggunaa rubu dimulai sekitar abab ke-8 M. Sejak tahun tersebut, dimana
konsepsi kosmos yang digunkan saat itu adalah geosntris. Dalam pandangan
pandangan geosentris, bumi merupakan pusat alam semesta dan benda-benda langit
bergerak mengelilingi bumi dalam orbit yang bebentuk lingkaran sempurna. Hal
ini yang menjadikan rubu’ sebagi sebuah table astronomi (posisi matahari) yang
akurat pada saat itu.
Dengan rubu’ kita dapat menentukan posisi matahari dalam bujur ekliptika
atau Darijatu as-Syams dan deklinasi atau Mail as-Syams.
DAFTAR PUSTAKA
Setyanto,
Hendro, Rubu’ Mujayyab Jawa Barat: Pundak Scientifik, 2002
Azhari,
Susiknan Esiklopedi Hisab Rukyah, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Khazin,
Muhyiddin Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005
-------------------------,
Ilmu Falak Teori Dan Praktik, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2004
Howard R
Tuner, Sains Islam Yang Mengagumkan, Sebuah Catatan Terhadap Abad
Pertengahan, Bandung: Penerbit Nuansa, 2004
Muhammad
Ma’sum, Ad-Durus al-Falakiyah, Tanpa Penerbit, 1992
[1] Kata astrolabe berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari kata asto dan labio. Astro berarti bintang sedangkan labio berarti
pengukur jarak. Di dalam istilah ilmu falak, astrolabe adalah perkakas kuno
yang biasa digunakan untuk mengukur benda langit pada bola langit. Perkakas ini
pertama dirakit oleh orang Arab. Bentuk yang paling sederhana terdiri dari
piringan dengan sekala pembagian derajat, dengan sebuah alat pengintai.
[3] Seorang
ahli falak kebangsaan Syiria. Menurut hasil penelitian mehdi nakosteen ibnu
Syatir lahir pada tahun 1306 m dan meninggal pada tahun 1375 M. Menurutnya pula,
karya-karya tulis Ibnu Syatir yang berkaitan dengan ilmu falak kemungkinan
besar ditulis dalam bahasa Arab . Karya-karya Ibnu Syatir
diantaranya: Rasd Ibnu Syatir, Nuzhat as-Sam fil Amal bil Rub’ al-Jami,
an-Naf al-Am fil Amal bil Rub’ at-Tamam, Mukhtasar fil ‘Amal bil Istarlab,
Iddah Mughayyab fil ‘Amal bil Rub’ al-Mujayyab, az-Zij al-Jadid, Taqlif
al-Arsad, dan Nihayat al-Ghayat fil ‘Amal al-falakiyah. Lihat:
Susiknan azhari, Esiklopedi Hisab Rukyah, (Jogjakarta, Pustaka Pelajar)
2005, hal;86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar