Sesudah saya tampilkan Ramalan Hari, tentu para siswa Jendra Hayuningrat sudah mulai memahami, unsur-unsur apa saja yang mendukung sebuah penulisan Primbon yang di lakukan oleh para Pujangga tempo dulu. Adapun unsur-unsur yang dipakai dalam penulisan Primbon adalah : Windu, Tahun Jawa, Hari, Pasaran, Wuku, Pangarasan, Pancasuda, Dina, Lintang, Pranatamangsa.
Pada kesempatan ini, saya akan jelaskan terlebih dahulu tentang Hari, yang merupakan salah satu dari sekian banyak unsur dan yang memiliki rahasia, "Hari" dalam bahasa Jawa-nya adalah "Dina atau Dino" berkaitan dengan ilmu spiritual, "Dina atau Dino" memiliki arti atau Jarwo-dosok-nya "Wadine ono" atau memiliki rahasia. Untuk
mengetahui rahasia dibalik pemakaian hari dalam sebuah ritual Kaweruh Jendra Hayuningrat. Khususnya budaya Jawa dan Aji Japa-mantra. Mungkin para siswa Jendra pernah terbesit dengan
rasa ingin tahu dalam benaknya: mengapa amalan ilmu A dimulai hari Senin
Kliwon, Amalan ilmu B diawali hari Selasa Kliwon dan lain sebagainya. Penentuan
hari dalam suatu ritual amalan ilmu memiliki dasar alasan. Para leluhur dan
pinisepuh Kaweruh Jendra Hayuningrat tidaklah sembarangan dalam memberi tuntunan ilmu. Walaupun
terkadang sulit diterima nalar, tetapi setidak-tidaknya memiliki dasar alasan.
Pergerakan Alam
Dalam pandangan ahli spiritual setiap
fenomena alam memiliki rahasia dan akan mencerminkan watak (karakter)
tersendiri. Termasuk fenomena perubahan “hari” dalam sistem penanggalan.
Mengapa bisa demikian? Dikarenakan gerakan bumi tidak pernah berhenti, maka setiap
detik posisinya berubah. Untuk kembali pada posisi yang sama, membutuhkan
siklus waktu tertentu. Sirklus jam, sirklus hari, bulan, tahun, pasaran (Legi,
Pon dsb), Wuku dan lain sebagainya. Pada intinya setiap siklus berhubungan
dengan posisi orbit bumi.
Dengan latar belakang tersebut, maka
kelahiran manusia dan kejadian di alam semesta ini (misalnya musim) dengan
sendirinya akan menempati salah satu siklus diantara siklus-siklus yang ada.
Misalnya manusia yang dilahirkan pada hari Senin, akan masuk ke dalam siklus
Senin yang telah dihuni oleh banyak orang sebelumnya, yang lahir pada hari yang
sama pula. Oleh karena itu secara umum mereka menjadi satu wadah yang bernama
siklus-nya. Maka berdasarkan ‘Ilmu Titen’ atau ilmu hasil dari mengenali /
mengamati dan terus berlangsung secara turun-temurun, watak seseorang atau pergerakan
alam secara garis besar dapat dikenali bahkan diprediksi sebelumnya.
Sirklus Jam
Hari dalam bahasa Jawa disebut “dina”
(dino). Sebagaimana telah kita ketahui bahwa satu hari adalah sebuah unit waktu
yang diperlukan bumi untuk berotasi (berputar) pada porosnya sendiri. Unit
waktu ini bisa berupa detik, menit ataupun jam.
Jaman sekarang 1 hari = 24 jam,
atau jika dihitung dalam menit, 1 hari = 1440 menit. Jika dihitung dalam detik,
1 hari = 86400 detik. Jadi Bumi membutuhkan
waktu 24 jam untuk sekali berputar pada porosnya. Akibat rotasi ini terjadilah
fenomena siang dan malam. Dimana bagian sisi bumi yang menghadap Matahari
mengalami masa Siang (terang), sedangkan bagian sisi bumi yang membelakangi
Matahari mengalami masa Malam (gelap).
Jutaan tahun yang lalu 1 hari tidak
berlangsung lama seperti sekarang ini (24 jam) mungkin hanya 18 jam saja.
Penyebabnya karena Rotasi bumi ketika itu berlangsung lebih cepat. Sebab jarak
Bulan (Moon) dengan Bumi lebih dekat daripada jarak sekarang. Begitu pula
sebaliknya, dimasa yang akan datang (jutaan tahun lagi) 1 hari bisa berlangsung
semakin lama, hingga 30 jam. Sebab jarak Bumi dan Bulan semakin menjauh,
akibatnya bumi berrotasi lebih lambat. Setiap fenomena alam yang terjadi akan
membawa dampak pengaruh bagi penghuni alam khususnya manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar