Tulisan sebelumnya : Bag 2. AJARAN SEKS DALAM KAWERUH JENDRA HAYUNINGRAT
Bag 3. AJARAN SEKS DALAM KAWERUH JENDRA HAYUNINGRAT
Siapa yang
bisa mengetahui kira-kira jika menandai penempatan mulai dari atas yang awal tadi
sampai sekarang itu sangat bagus, intinya seperti cara manusia, serta tidak
menghilangkan tata krama, mungkin seperti inilah yang disebut pesona keindahan
praman, membuka keadaan atma, yang akan menjadi kebijaksanaan. Sesudah bercinta
keduanya keluar dari tempat tidur, lantas mandi jamas lagi, sedangkan tingkah
laku atau tata caranya tidak berbeda dengan cara mandi yang seperti diatas tadi
tetapi doa permintaannya seperti berikut : “Kaki dan Tangan berada dalam
tingkah laku, tingkah laku berada dalam hati, hati berada dalam Hyang Praman,
menjadikan mandi suci sentosanya ruh yang abadi di badan kita”.
Selain laki-laki,
sang perempuan juga harus menyiapkan beberapa hal yang intinya hampir sama
dengan laki-laki. Ada beberapa tahap pembukaan yang dilakukan secara
perlahan-lahan yaitu “pesona” atau daya tarik dari masing-masing indra
kemanusian yang dimiliki hingga nantinya muncul “karsa” atau kehendak yang
mantap untuk berhubungan seksual. Cara berhubungan sesual yang baik pada
intinya adalah untuk saling mengerti keinginan masing-masing, serta untuk
senantiasa mengingat tata krama, yaitu berhubungan dengan cara-cara yang etis
serta manusiawi. Setelah melakukan hubungan seksual maka diajarkan tindakan
yang tepat yaitu mandi dengan cara yang sama dengan yang dilakukan sebelum
melakukan kegiatan tersebut, dengan doa yang sedikit berbeda. Tujuan dari
tindakan mandi setelah berhubungan seks adalah untuk mensucikan diri
masing-masing dan juga membersihkan diri. Doa yang dipanjatkan pada intinya
memohon kepada Tuhan agar apa yang telah dilakukan dapat disucikan serta
membawa hasil yang baik.
….lan sumurupa mungguh tumitah ana alam donya iki binasakake mung mampir
ngobe (bae)…. (pupuh 29)
Ketahuilah
bahwa manusia yang ada di alam dunia ini diibaratkan hanya mampir minum….
Dalam
konteks ajaran hubungan seksual, haruslah tetap diingat bahwa kehidupan hanya
merupakan sesuatu yang sementara seperti ibarat orang yang melakukan perjalanan
jauh dan hanya mampir untuk minum. Maka dari itu, janganlah melakukan hubungan
seksual hanya karena kesenangan dunia saja yang sifatnya sementara, tetapi
harus dipikirkan juga mengenai pertanggung jawabannya kepada Tuhan dalam
perjalanan kehidupan yang selanjutnya.
….caritaning dalil dawuhing Pangeran, wajida-wajidahu, tegese : sing sapa
temen katemenan, mungguh surasaning…. (pupuh 29)
Apakah
anda belum pernah mendengan cerita dalil sabda Tuhan, wajida-wajidahu,
artinya : siapa yang sengguh-sungguh akan mendapatkan hasil…..
Ada suatu
ungkapan yaitu wajida wajidahu yang artinya siapa yang sungguh-sungguh
akan mendapatkan hasil. Maksudnya disini adalah dalam hubungannya mengenai
konsep seks maka ungkapan tersebut bermaksud untuk menyampaikan bahwa hubungan
seksual harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang
baik.
Demikian
cuplikan dalam Serat Nitimani berisi ajaran
mengenai konsep seks dalam budaya jawa. Ajaran tersebut merupakan sistem nilai
budaya Jawa yang landasannya adalah konsep religi yaitu masalah hubungan
manusia dengan Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa segala aspek
dalam kehidupan orang Jawa, termasuk dalam hal seks pasti berujung kepada
masalah antara manusia dengan Tuhan. Seks dalam budaya Jawa bukan hanya
merupakan sarana untuk melampiaskan hawa nafsu dan sekedar bersenang-senang
akan tetapi sampai kepada pengertian bahwa hubungan tersebut adalah suatu
ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami isteri yang
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Dalam hal ini, dapat dikatan
bahwa seks merupakan kegiatan yang dianggap suci dan sakral karena hasil dari
perbuatan tersebut adalah menghasilkan manusia baru. Lahirnya manusia di dunia
harus dipersiapkan sebaik mungkin termasuk dari awal proses penciptaannya. Hal
tersebut dimaksudkan agar anak yang akan lahir nanti berasal dari proses awal
yang jelas sehingga dapat mengetahui tujuan hidupnya dengan jelas pula. Konsep
mengenai asal dan tujuan hidup manusia merupakan konsep dasar dari apa yang
menjadi kepercayaan manusia Jawa yang di ajarkan oleh Kaweruh Jendra
Hayuningrat. Bahwa ajaran seks merupakan gerbang awal manusia untuk memahami
dua konsep utama dalam relegi budaya Jawa yaitu konsep sangkan paraning dumadi dan konsep manunggaling kawula-Gusti. Jadi, ajaran seks
dalam Serat Nitimani bertujuan untuk memberikan pedoman moral, nilai dan kaidah
bagi orang Jawa tentang bagaimana cara melakukan hubungan seks dengan cara yang
benar dan tepat (bener lan pener), karena pada akhirnya apa yang menjadi hasil
dari perbuatan tersebut berhubungan dengan asal kehidupan (sangkan paraning dumadi) serta tujuan hidup
yang utama yaitu bersatu dengan Tuhan (manunggaling
kawula Gusti).
Tulisan
ini saya persembahkan kepada Paguyuban Puri Asih pada khususnya dan semua Siswa
Jendra Hayuningrat pada umumnya, terutama bagi mereka yang akan menempuh “Hidup
Baru”, Pesan pengasuh “ Jalanilah Rumah Tanggamu sebagai bentuk pengabdian
kepada Tuhan” (TAMAT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar